Selasa, 25 Agustus 2015

Cinta Terlarang

“Cinta Terlarang”
Oleh : Avertini (26G MAN8)

Apa...
Apa yang sebenarnya kurasa ?
Cinta...
Apakah ini cinta ?
Candamu...
Tawamu...

Minggu, 23 Agustus 2015

?

?
Oleh : M.A.N

Dikala pagi mengusir malam
Matahari menggantikan kegelapan
Takbir mengantar syahdu kemenangan
Burung-burung membawa damai

Namun segalanya berubah
Embun pagi berubah menjadi asap
Air berubah menjadi asap
Putih menjadi hitam

Waktu

“...Waktu...”
Oleh : BHAL-MAN

Tak terasa...
Detik waktu berjalan dan terbuang
Kita telah lama bersama
Semakin lama wajahmu semakin terbayang
Entah ada apa didalam hati dan fikiran

Mata ini tak letih terus melihat
Wajah yang setiap hari menemaniku
Senyum itu, ah... mengapa dengan diriku ini ?

Sabtu, 22 Agustus 2015

Remaja Insyaf

Remaja Insyaf
Oleh : Zulfiah Ulfah

“Kriiiiinnggg” alarm berbunyi menggaggu tidur yang hanya 3 jam sehabis begadang menonton pertandingan sepak bola di TV yang tayang tengah malam. “Andii, bangun nak. Kamu berangkat sekolah gak hari ini?” dan suara Mama pun ikut menggaggu tidur gue. “Iya Maa” sahut gue malas-malasan. Hai nama gue Andi Perkasa, biasa di panggil Andi oleh siapapun yang kenal gue.
Di sekolah gue emang terkenal sebagai jagoan, dan disukai banyak anak perempuan, ya jangankan anak perempuan deh, guru-guru juga ikutan cubit pipi gue haha... Secara tampang gue yang tampan, imut, cool dan baik, satu hal yang harus kalian tau kalo gue salah satu anak yang berprestasi. Oke cukup nyombongin dirinya. Intinya gue ini cukup disegani banyak orang meskipun terkadang selalu masuk ruang BP karena kasus nakalnya diri gue ini.
Gue memang punya banyak temen, tapi hanya ada 2 sahabat yang selalu setia bareng-bareng bersama gue kapanpun dan dimanapun. Mereka adalah Fatih dan Alfian. Fatih adalah sahabat gue yang kalem tapi berbakat disemua hal, baik dalam hal akademik maupun non-akademik, contohnya dia

Ini Untukmu

“Ini Untukmu”
Oleh : F.Reak

Di malam yang dingin,
Ku tetap bersandar,
Menatap cahaya teknologi,
Dengan jemari yang tiada henti.

Aku terus berlari di kala sunyi...
Mengejar sepatah kata yang indah,
Tuk ku raingkai menjadi alunan melodi,
Yang menyentuh kalbu ini.

Tak sadar malam ‘tlah berganti,
Ku terus saja... berlari,
Walau seorang diri,

Bicara Hati

"Bicara Hati"
Oleh : Zaid Anshori R
Bicaralah... Bicarakan rahasia hatimu
Jangan ragu ungkapkan padaku
Biar ku dengar isi nyanyian dihatimu
Katakan... Tentang yang kau rasa
Karena aku menginginkan perasaanmu
Telah menunggu cintamu datang untukku
Aku yang telah jatuh cinta padamu
Sejak kehadiranmu menyapa hatiku
Seolah kau berikan aku nafas yang baru
Melukiskan warna-warna indah kedalam hidupku
Berharap engkau merasakan hal yang sama padaku

Gerobakku, Istanaku [1]

“Gerobakku, Istanaku”
Oleh : F.R’eak

“Yamin, sini nak...” panggil Ibu dari tempat itu.
“Iya Bu...” sahutku.
“Ada apa Bu ?”
“Ini, ada sedikit makanan...Tapi jika makanan itu kamu tidak suka, jangan dimakan...” kata Ibu dengan lemas.
“Baik Bu...” jawabku.
Aku pun memakan makanan tersebut, dari bungkus makanan tersebut sudah terlihat, jika makanan itu bukan didapat dengan membeli. Bungkus yang sudah banyak sekali tembus minyak dan agak sedikit robek itu aku makan isinya. Memang tidak terlalu enak, tapi aku  sadar jika makanan ini didapatkan Ibu dengan susah payah. Ku lihat Ibu yang sedang mengelap keringat yang berkucuran itu, juga helaan nafas lelahnya.
“Nak, Ibu mau mandi... Kamu lanjutkan saja makannya...” kata Ibu lalu pergi.
Namaku Yamin, aku dan keluargaku hanya tinggal disebuah barang yang bisa berjalan. Kemana pun kami pergi, itulah rumah kami. Aku sadar, aku bukanlah anak orang kaya. Aku hanyalah anak orang yang tak punya apa-apa. Sehari bisa makan satu kali saja sudah cukup bagi keluarga kami. Pekerjaan Ayah dan Ibuku sangatlah mulia, mungkin hanya sebagian orang saja yang menganggap seperti itu. Selebihnya tidak. Sampah yang berserakan dijalan, ia bersihkan. Dan aku bisa hidup seperti ini karena sampah-sampah itu, bersyukurlah diriku ini. Meskipun begitu, keluarga kami sangatlah harmonis. Tidak ada pertengkaran sedikitpun di rumah ini. Terima kasih TUHAN, engkau telah memberikan semua ini pada keluargaku.

Jumat, 21 Agustus 2015

Tanpa Rasa

“Tanpa Rasa”
Oleh: Bahauddin Hasan Al-Bisri

Bagai malam sunyi wajahmu tenang,
Andai ku dapat melihatmu lebih dekat,
Haruskah aku hanya terdiam???
Anganku beradu dengan logika,
Udara membisikan rayuan halus...
Diam, aku hanya terdiam dengar bisikan...