Senin, 04 Mei 2015

Lo Liat Aja Sendiri part Cerpen

“Maafkan Aku Ayah...”
Oleh : F.R’eak

Namaku Ridho, aku tinggal bersama ayahku. Ya, kami hanya berdua saja di rumah. Ibu? Entahlah, sampai saat ini aku tak tau kemana perginya dia. Yang jelas, nama IBU itu telah membuat hidupku menderita. Terkadang aku iri dengan mereka, yang mempunyai keluarga bahagia. Sedangkan aku? Memang bahagia. Tetapi kebahagiaan itu tak lengkap rasanya bagiku.
“Nak, semiskin apapun kita. kita masih punya iman yang kuat. Kita masih punya harga diri. Malu kalo kita mencuri. Jadilah anak yang jujur ya nak...” kata Ayah yang duduk di sebelahku.
“Iya yah... Ridho tau kok mana yang baik dan mana yang buruk....” jawabku.
Ayahku memang selalu menasehatiku. Mungkin dia ingin anaknya tak salah jalan. Aku akan selalu ingat nasehatmu yah...
#Pagi hari.
“Ridho, bangun nak... ayo sholat subuh...” sambil menepuk-nepukan pundakku.
“Hemmmm.... iya yah...” jawabku yang masih mengantuk.
Kami memang sering melakukan sholat subuh berjama’ah, walaupun hanya berdua.
(Selesai sholat)
“Cepat mandi nak, sebentar lagi setengah enam. Bisa terlambat nanti...” kata Ayah.
“Baik yah....” kataku lalu beranjak pergi mandi.
Segera saja aku pergi untuk mandi, semoga saja hari ini adalah hari baik untuk diriku dan keluargaku.
“Nak, ayo cepat...” sambil menyiapkan becaknya.
“Iya yah...!” teriakku dari dalam rumah.
Pekerjaan ayahku adalah tukang becak. Dan setiap pagi, diantarkannya aku dengan kendaraannya itu. Kehidupan kami tergantung dengan kendaraan itu. Pernah sekali Ayahku sakit, dan kami tidak makan seharian. Itu ketika aku masih kecil, namun jika sekarang ayahku sakit, akulah yang menarik becak itu dan bolos sekolah.
(Sampai di sekolah)
“Nak, belajarlah yang rajin. Jadilah anak pintar, agar kelak tak seperti ayahmu nanti...” kata Ayah.
“Iya yah...” kataku lalu mencium tangannya.
“Yaudah, Ayah mau narik dulu...”
“Hati-hati yah....”
Firasatku yang tak enak sejak pagi tadi, membuat aku tak fokus untuk belajar. Sesampainya aku di kelas, sudah disambut hangat oleh teman sekelasku. Panggil saja dia Rendy. Anak yang paling malas di kelas, juga sering bolos sekolah. Di masa SMA ini memang banyak teman, tak terlihat mana yang baik dan mana yang buruk. Aku harus berhati-hati dalam bergaul.
“Woy bro...! apa kabar...? tumben lo dateng telat...” merangkul pundakku.
“Iya, tadi gue kesiangan...” jawabku.
“Yaudahlah... yok, ke kantin...” ajaknya.
“Hmmm, tadi gue udah sarapan kok...” jawabku bohong.
“Ya’elah... ikut aja udah. Ayok...!” ajaknya memaksa.
Aku tak bisa menolak ajakannya, sebab dia memaksa. Jika aku menolaknya, bisa habis aku dipukuli oleh dia.
“Eh, kita mau kemana sih? kok bukan ke kantin...?” tanyaku heran.
“Alah! Jangan banyak nanya, ikut aja udah...!” jawabnya.
Aku sadar, bahwa Rendy mengajakku ke belakang sekolah bukan kantin. Dan di sana sudah ada Rio dan Wendy yang sedang asyik merokok. Ingin rasanya aku kabur dari cengkraman Rendy.
“Oiii...” teriak Rendy lalu menghampiri mereka.
“Wah, ada orang baru nih...” kata Rio.
“Yoi, nih anak mau gabung sama kita...” jawab Rendy.
“Kayaknya gue gak bilang gitu deh Ren...” kataku.
“Jangan banyak omong lo..! duduk aja...” paksa Rendy.
“Bro, santai aja di sini... nih lo minum...” kata Wendy menawarkan segelas air.
“Hmmm, kok baunya aneh ya...?” tanyaku.
“Udah minum aja..!” kata Rendy sambil memaksakan aku untuk minum.
Sebenarnya aku menolak, namun karena paksaan Rendy dan temannya, air itu masuk kedalam mulutku. Rasanya asing bagiku, entah ini minuman apa. Dan setelah itu, aku tak sadarkan diri.
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
(Terbangun dari tidur)
“Ini di mana...? kok sepi... perasaan tadi lagi bareng sama Rendy dan kawan-kawan...” kataku terbangun dari tidur.
Tempat ini sangat asing bagiku, sepi dan banyak kabut di mana-mana. Seperti cuaca pagi hari namun agak sedikit gelap. Aku pun menelusuri tempat itu, langkah demi langkah. Ya! Di sana terdapat satu titik cahaya. Aku akhirnya berlari ketempat itu. Dan.....
.............................................................................................................................................
“Hajar teruss!”
“Jangan mau kalah !!!”
“Lo pasti menang Do..!” teriak Rio.
Tempat apa ini??? Aku melihat diriku sendiri di sana. Aku melihat diriku yang sedang berkelahi. Sebenarnya ada apa ini...! apakah ini hanya sebuah mimpi??? Namun, kenapa aku yang di sana sangatlah berbeda???
“Do, lo harus menang do! Gua yakin lo menang...!” teriak Rendy di luar arena perkelahian.
Aku melihat Rendy dan kawan-kawannya yang sedang menyemangatiku berkelahi. Sebenarnya apa ini???
“Yaaa! “ teriak Wendy.
“Akhirnya lo menang!!!” teriak Rendy.
Tidakkk!! Mengapa aku yang di sana sangatlah berbeda. Apakah aku yang di sana adalah seorang pembunuh??? Aku telah membunuh orang dengan sangat bahagia. Dan aku yang di sana selalu menuruti perkataan Rendy dan kawan-kawannya. Tidakkkkkk!!!!!!
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
“Woy ! mau ke mana lo!! serahin duit lo!!” sambil mencekik orang tersebut.
Dan sekarang apa!? Aku melihat diriku yang sedang merampas harta milik orang lain??? Sampai mencekik lehernya? Apakah ini mimpi buruk Ya Allah!!!???
“Kalo lo gak mau nyerahin duit lo, gua bunuh lo!!! cepet!!!” paksanya.
“Ayolah Do, kalo dia gak mau ngasih, bunuh aja!” kata Rendy.
Jangan!!! Jangan bunuh dia!!! lo orang baik ridho...!!!! (Teriakku)
“Cepet bunuh!!!!” teriak Wendy.
“Jangan bang, jangan bunuh saya. Saya gak punya duit...” kata orang yang dicekik.
“Akh, bacot lo!!!!” kata Ridho yang di sana lalu mencekiknya hingga mati.
“Periksa kantongnya...!” teriak Rendy.
“Wah, dapet nih...” kata Rio.
“Kabur kabur kabur...!” teriak Rendy.
Tidakkkkk!!! Ya Allah!!! Sebenarnya ada apa ini...? mengapa diriku seperti itu??? Apakah yang tadi benar diriku? Atau ini hanya mimpi!!!
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
“Sialan tuh anak, kita di boongin. Ngomongnya gak punya duit, tapi nyatanya ada sejuta di dompetnya...” kata Rendy dengan kesal.
“Yaudahlah, yang penting sekarang kita puasss...!” jawab Rio sambil meneguk minuman keras.
“Ayo Do, lo minum yang banyak....” kata Wendy dengan nada mabuk.
Jangan Do! Jangan!!!! Itu minuman haram!!! Jangan sekali-kali lo sentuh itu!!!(teriak Ridho)
“Sini bro, enak nihhh... glekk glekkk  glekk... ahhh... nikmat...” kata Ridho yang di sana.
“Kita pestaaa...!!!” teriak rendy.
Tidak!!!! Ya Allah! Bangunkanlah hamba dari mimpi buruk ini...! maafkanlah hambamu yang berdosa ini Ya Allah....! Ayah... maafin Ridho yah...! Ridho udah buat ayah sedih. Ridho gak bisa menolak ajakan teman yang sesat!! Akhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
“Akkhhh! Ah ah ah ah” kataku yang telah bangun dari mimpi buruk dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Woy! Sadar juga lo...!” kata Rendy.
“Gua kira, lo mati Do...” lanjut Wendy.
“Gue di mana Ren...?” tanyaku dengan nafas yang masih belum teratur.
“Lo minum dulu nih... biar tenang...” jawab Rio dengan menyodorkan air minum.
“Enggak! Itu minuman haram!” jawabku dengan nafas yang masih belum teratur.
“Sombong amat lo! tadi tuh, lo minum ini! Sampe-sampe lo tidur dan mimpi yang gak jelas...” teriak Rendy.
“Justru itu, gue gak mau minum! Gue mau pulang...!” kataku dan langsung lari dari tempat itu.
Akhirnya aku berhasil lolos dari mereka bertiga. Dan bisa pulang dengan tenang. Namun sesampainya aku di kelas, dan ternyata sudah sepi. Hanya ada tasku dan tas Rendy.
“Dor!”
“Astagfirullah!” kataku kaget.
“Lo kemana aja Do? Lo cuma naro tas doang di sekolah??? 6 pelajaran lo tinggal? Gue tau, pasti lo ngikut si Rendy kan...?” kata Silfia.
“Gue gak tau Sil, gue bingung....” jawabku.
“Apa kata lo? gue ngelewatin 6 pelajaran? Emangnya ini jam berr.....” lanjutku lalu melihat ke arah jam.
“Astagfirullah...! jam 4???” lanjutku.
“Lo aneh deh...” jawab Silfia.
“Gue pulang yahh...” kataku lalu menggendong tasku.
“Do, jelasin dulu...”
“Assalamu’alaikum...” kataku lalu pergi.
Dengan cepat aku berjalan dan menuju ke rumah. Namun, seperti ada yang berbeda di sana. Terlihat dari jauh, ada bendera kuning yang menempel di tiang listrik itu. Aku pun mendekati tiang bendera itu. Dan nama yang ada pada bendera itu adalah.....
“Hen-dra bin Mi-’ad...”
“Astagfirullah....! ayah...!”
Aku kaget melihat itu dan langsung lari ke rumah. Dan di teras sudah banyak orang berpakaian muslim hitam-hitam. Dengan rasa sedih, aku pun masuk.
“Yang sabar ya Do, Ibumu telah pergi. Dan sekarang ayahmu, kamu pasti kuat...” kata salah satu tetanggaku.
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Yang bisa kulakukan hanyalah menangis sekencang-kencangnya.
“Akkkkkkkhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku sambil menangis.
.................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
(Terbangun)
“Akhhh!” teriakku dari bangun tidurku.
“Apa ini? Mimpi lagi?” kataku lalu melihat ke arah jam.
“Jam lima???” kataku heran.
“Nak...! kenapa kamu???” teriak ayah lalu memasuki kamarku.
“Ayah???”
Seketika itu aku langsung bangun dan memeluk ayahku. Entahlah ini mimpi apa, yang jelas aku ingin meminta maaf pada ayahku. Setelah aku sadari, ini adalah mimpi dalam mimpi. Mungkin ini adalah peringatan Tuhan pada diriku. Terima kasih Ya Allah, engkau tidak menjadikan mimpi itu nyata. Tetapi engkau telah menyadarkan diriku. Agar aku tidak terjerumus ke jalan yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar