Sabtu, 22 Agustus 2015

Remaja Insyaf

Remaja Insyaf
Oleh : Zulfiah Ulfah

“Kriiiiinnggg” alarm berbunyi menggaggu tidur yang hanya 3 jam sehabis begadang menonton pertandingan sepak bola di TV yang tayang tengah malam. “Andii, bangun nak. Kamu berangkat sekolah gak hari ini?” dan suara Mama pun ikut menggaggu tidur gue. “Iya Maa” sahut gue malas-malasan. Hai nama gue Andi Perkasa, biasa di panggil Andi oleh siapapun yang kenal gue.
Di sekolah gue emang terkenal sebagai jagoan, dan disukai banyak anak perempuan, ya jangankan anak perempuan deh, guru-guru juga ikutan cubit pipi gue haha... Secara tampang gue yang tampan, imut, cool dan baik, satu hal yang harus kalian tau kalo gue salah satu anak yang berprestasi. Oke cukup nyombongin dirinya. Intinya gue ini cukup disegani banyak orang meskipun terkadang selalu masuk ruang BP karena kasus nakalnya diri gue ini.
Gue memang punya banyak temen, tapi hanya ada 2 sahabat yang selalu setia bareng-bareng bersama gue kapanpun dan dimanapun. Mereka adalah Fatih dan Alfian. Fatih adalah sahabat gue yang kalem tapi berbakat disemua hal, baik dalam hal akademik maupun non-akademik, contohnya dia jago bermusik. Nah, kalo Alfian agak playboy, dalam sebulan bisa dapet 3 pacar sekaligus. Duh gak bagus banget tuh hobi haha... Tapi Alfian baik banget hatinya, gak pelit dan dia sangat berbakat dibidang olahraga. Sedangkan gue punya segala yang hal yang sahabat-sahabat gue punya. Hanya 1 yang kurang, gue kurang ibadah.
Oke, hari ini di sekolah dan di kelas gue kedatengan siswi baru. Dia  cantik, manis dan terlihat sempurna namun sederhana. “Assalmualaikum” salam siswi baru itu kepada teman-teman di kelas, dan pastinya kami semua menjawab salamnya “Waalaikumsalam”. “Perkenalkan nama saya Cahaya Jelita Dermawan, saya siswi pindahan dari SMA Negeri 1 Yogyakarta”. Siswi berjilbab itu bernama Cahaya Jelita Dermawan, duh tuh nama bagus banget. Tapi gue hanya bisa melihat dia dari kejauhan, dan sepertinya gue jatuh cinta pada pandangan pertama.
Seorang Andi baru pertama kali merasakan jatuh cinta pada seorang wanita yang alim dan berjilbab. “Hey ‘ndi, lo kenapa ngeliatin tuh cewek sampe segitumya? Suka lo yah? Cantik juga”, kata Alfian memergoki lamunan gue saat melihat Jelita. “Ah enggak biasa aja kok, tapi emang cantik dan manis sih. Dia berjilbab dan gue baru lihat cewek berjilbab secantik itu”. Jawab gue dengan jaimnya di dalam hati. Huh.. gue selalu coba menyangkal perasaan hati ini. Gue harus fokus untuk pertandingan futsal seminggu lagi. Pertandingan futsal yang sangat penting karena membawa nama sekolah di tingkat DKI Jakarta. Maka dari itu gue harus fokus dan selalu latihan bersama teman-teman.
Bel istirahat kedua berbunyi, yang biasanya harus diisi dengan ishoma atau istirahat, sholat, makan tetapi justru gue pakai untuk latihan futsal di lapangan sekolah bersama teman-teman yang lain. Tiba-tiba Jelita menghampiri gue yang sedang siap-siap untuk latihan. “Andi, kamu mau latihan futsal ya? Engga sholat zuhur dulu? Kita sholat dulu yuk baru latihan futsal biar hati kita tenang”. Sapaan dan ajakan Jelita secara halus menusuk relung hati gue sebagai seorang laki-laki. “Oh iya nanti gue sholat kok, thanks”, jawab gue dengan sok cool padahal gemeteran. Lalu Jelita hanya membalas dengan senyuman manisnya dan meninggalkan gue ke masjid sekolah.
Ajakan Jelita selalu terbayang dalam pikiran, selama latihan futsal. Di tengah latihan gue izin sholat zuhur pada teman-teman yang lain. “Ok guys, gue break sholat zuhur dulu yaa, cukup latihannya. Kita lanjut besok pulang sekolah, thanks bro.” Semua teman-teman tidak ada yang merespon dan hanya terdiam karena terkejut apa yang sudah gue ucapkan. “Kalian juga jangan lupa sholat zuhur yaa”, tambah gue mengingatkan teman-teman untuk sholat zuhur dan langsung meninggalkan mereka ke masjid.
“Andi kenapa fian? Ga salah tuh bocah?”, tanya Fatih yang sangat heran melihat sikap gue seperti itu. “Kayanya si Andi jatuh cinta sama Cahaya si anak baru tih,” jawab Alfian dengan yakinnya. “Baguslah kalo begitu, mudah-mudahan aja niatnya karena Allah ya bukan karena si anak baru itu. Ayo deh kalo gitu kita sholat juga”, Fatih menambahkan. “Ok deh”, dan Alfian mengiyakan.
Sepulang sekolah kata-kata Jelita tadi selalu terngiang dalam pikiran gue, “Ya Allah Kau kirimkan seorang wanita sederhana yang amat cantik wajah dan hatinya untuk mengingatkan ku sholat. Terimakasih yaa Allah”, doa gue dalam hati. Baru satu hari gue mengenal Jelita tapi sudah membuat hati seorang Andi meleleh dan meruntuhkan kesombongan gue selama ini. Semenjak mengenal Jelita gue sudah mulai rajin sholat dan mengaji, Insya Allah karena Allah ta’ala bukan karena siapapun. Jelita hanyalah perantara Allah untuk mengingatkan gue untuk rajin beribadah dan menjalankan semua kewajiban sebagai seorang muslim dan remaja yang berprestasi. Alhamdulillah…

Diketik oleh : Zulfiah Ulfah
Editor : F.R’eak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar