“Doa
Anak sholeh”
Karya:
Asli Punya Gue,”F”
Saat
itu gue sedang duduk didepan teras rumah gue yang mewah. Gue sering sendirian
dirumah, orang tua gue selalu sibuk dengan pekerjaannya. Entah, apa yang ada
dalam hati dan pikirannya. Selalu mementingkan dunianya saja, seserpihan
akhiratpun jarang mereka kerjakan. Uang, uang, uang dan uang... selalu itu yang
mereka katakan. Manusia gak makan uang, tapi nasi. Gue gak benci uang, semua
butuh akan uang. Beli makanan pakai uang, pulsa pakai uang, sekolah juga pakai
uang.
Gue
selalu sabar menghadapi mereka yang selalu tergila-gila dengan dunia. Anaklah
yang bertugas jika orang tua keluar batas. Tapi omongan gue gak pernah
didenger, mereka lupa, siapa sebenarnya yang memberikan mereka rizki. Mereka
lupa, siapa sebenarnya yang memberikan mereka nafas, sehat, kenikmatan...
mereka benar-benar lupa.
~~~**~~~
“Pah, Mah, sampe kapan kalian kaya gini terus??? Apa
kalian gak capek? Papah sama Mamah islam kan...? tapi Izmi gak pernah liat
Papah sama Mamah sholat? Inget Pah sama umur, kalo besok mati gimana...” kata
gue dengan ketus.
“Apa maksud kamu? Udah berani ngelawan kamu? Papah
kaya gini buat kamu! Nyari uang buat kamu makan, sekolah, dan kebutuhan
lainnya...” jawab Papah Ketus.
“Izmi ngelawan??? Masih mending Pah kalo aku ngelawan
Papah sama Mamah, kalian? Udah ngelawan ALLAH, tanpa kalian sadar! udahlah aku
mau main, panas banget dirumah, banyak penghuni Neraka..” lanjut gue. Gue
langsung pergi ninggalin rumah.
Gue
gak betah dirumah, gue lebih sering pergi ke masjid deket rumah. Lebih adem,
sejuk, tenang, dibanding dirumah gue sendiri. Gue sholat dan berdoa sama Allah,
supaya hati dan pikiran orang tua gue dibuat sadar oleh Allah. Gue selalu berdoa
buat mereka. Pagi, siang, sore, sampe malem pun gue berdoa untuk mereka. Tapi
mereka gak sadar-sadar. Di masjid gue ketemu sama pak Ustad, gue cerita sama
dia tentang semua keluarga gue, dan berharap dia bisa ngasih solusi yang
terbaik untuk keluarga gue.
Waktu itu gue selesai
sholat, terus ngeliat Ustad lagi ngaji. Gue tungguin dia sampe selesai, bagus
banget suaranya. Akhirnya selesai juga, langsung gue samperian dia.
“Assalamu’alaikum Ustad...” sapa gue lalu salim.
“Wa’alaikum salam... ada apa Nak..?” jawab Ustad.
“Saya mau nanya Ustad, boleh..?” tanya gue.
“Ohh boleh, mau tanya apa aja, silahkan...” jelas
Ustad.
“Sebelum saya nanya. Saya mau cerita dulu ustad. Dulu
itu keluarga saya merupakan keluarga yang sangat patuh dengan agama. Ayah saya
yang mengajarkan saya tentang agama, bahkan ayah saya memasukan saya ke sekolah
islam. Sangat patuh sekali terhadap agama, “walaupun hidup kita miskin, tetapi
harus tetap beribadah”, itu kata ayah saya. “Walaupun miskin harta didunia,
namun kita harus kaya diakhirat”, itu kata ibu saya. Tapi, semenjak ayah dan ibu
saya sukses dengan usahanya dan berhasil, semua berubah. Kita bukanlah lagi
sebuah keluarga yang taat. Kekayaan yang telah membawa mereka kedunia gelap,
mereka sama sekali tidak mau bersyukur pada Allah. Mereka sombong, mereka pikir
kesuksesan mereka hasil mereka sendiri. Saya udah nasehatin mereka setiap
waktu, tapi omongan saya selalu diabaikan. Saya bingung ustad, saya bingung
harus berbuat apa lagi. Menurut ustad, saya harus bagaimana?” jelas gue.
“Orang tua kamu sedang dalam genggaman syaiton,
mereka susah untuk mendengar nasehat dari kamu. Satu-satunya cara untuk itu
semua adalah Doa. Jangan pernah putus asa untuk selalu mendoakan orang tua
kamu, perbanyak melakukan ibadah dirumah, perbanyak baca al-qur’an dirumah.
Insya Allah syaiton dalam hati orang tuamu kamu akan pergi. Yakinlah nak, bahwa
orang tua mu pasti akan sadar...” jawab Ustad.
“Terimakasih ustad, atas saran dan masukannya. Semoga
keluarga saya yang patuh terhadap agama, bisa terwujud kembali. Kalo gitu, saya
pamit ustad, assalamu’alaikum...” kata gue pamit
Dijalan, sempet
terfikir oleh gue perkataan Ustad yang tadi. Gue coba sekali lagi buat
nasehatin mereka, sampe rumah gue liat Papah lagi sibuk ngitung uang. Uang,
uang, uang, selalu itu yang ada dibenak Papah dan Mamah. Gue beraniin diri buat
bilang ke Papah, biar dia sadar akan keselahan yang selama ini dia lakuin.
“Pah, Izmi mau ngomong...” kata gue.
“Ngomong apa?” tanyanya singkat.
“Aku boleh minta sesuatu?” kata gue.
“Mau minta apa ? mobil? Hp canggih? Mau beli apapun
kamu bisa, uang Papah gak akan habis...” jawab Papah dengan sombong.
“Bukan itu semua...” kata gue.
“Terus apa?” tanya Papah.
“Aku cuma minta sesuatu yang gak mahal kok...” jawab
gue.
Disaat seperti itu,
baru Papah berhenti menghitung uang-uangnya, dan menatap serius ke gue.
“Aku cuma mau kita sholat berjama’ah kaya dulu lagi,
aku cuma mau Papah dan Mamah yang dulu, “walaupun miskin didunia, tapi kita
harus kaya diakhirat”, “walaupun hidup kita miskin, tetapi tetap harus
beribadah...” masih inget sama kata-kata itu...? hanya itu yang aku minta...”
jelas gue.
Suasana
menjadi sepi, Papah dan Mamah yang mendengar permintaan gue, langsung terdiam.
Gak tau apa yang ada dipikiran mereka. Gue langsung ninggalin mereka, gue pergi
kekamar dan berdoa sama Allah, agar mereka tersadar dengan permintaan gue tadi.
Udah
3 hari Papah dan Mamah gak ngomong sama gue, semenjak permintaan gue waktu itu.
Mereka gak sadar juga, bahkan sekarang cuek sama gue.
Malem
ini pas malam jum’at, tengah malem gue bangun untuk sholat dan ngaji. Pas gue
lewat kamar Papah dan Mamah, gue denger suara orang ngaji. Bertanya-tanya hati
gue, apa itu suara Papah sama Mamah??? Apa bener mereka telah mengakui
kesalahannya dan bertaubat??? Alhamdulillah kalo mereka bisa kembali seperti
yang gue pengen.
Semenjak
7 hari lamanya gue dicuekin sama ortu gue sendiri, akhirnya mereka angkat
bicara sama gue. Gak tau mau ngomong apa. Yang jelas, gue berharap banget doa
gue selama ini terkabul. Waktu itu gue lagi diruang tamu, kebetulan ruang tamu
deket sama ruang keluarga.
“Izmi... sini kamu...” panggil Papah diruang
keluarga.
*.Tanpa banyak bicara,
gue langsung nyamperin Papah.*
“Makasih nak, selama ini Papah dan Mamah baru sadar
kalo kita salah. Dan kamu selalu nasehatin Papah dan Mamah. Papah sadar atas
omongan kamu waktu itu. Sempat Papah lupa sama omongan Papah sendiri, dan kamu
yang mengingatnya. Papah malu sebagai pemimpin keluarga, gak bisa membawa ke
dalam kebaikan. Papah minta maaf nak, selama ini udah marah-marahin kamu, terlalu
sibuk dengan dunia, dan lupa akan akhirat. Papah dan Mamah, taubat nak...
ingetin Papah dan Mamah jika kita salah.” jelas Papah.
“Alhamdulillah...” jawab gue.
Akhirnya
keluarga gue seperti apa yang gue pengen. Orang tua gue kembali kejalan Allah. Ini
bukti kalo Do’a Anak untuk kebaikan orang tuanya, akan dikabul oleh Allah. Dari
cerita diatas, dapat diambil pelajaran.
Janganlah kalian
terbutakan oleh harta, sesungguhnya harta itu hnya titipan dan sementara, semua
didunia ini milik Allah, kita hanya bertugas untuk menjaganya, bukan memiliki
sepenuhnya. Jikalau kita diberi hidup yang enak, bersyukurlah kepada Allah,
karena Allah yang memberikan itu semua. Dan yang terpenting.....
SELALU
MENDO’AKAN KEDUA ORANG TUA KITA....
Semoga
Cerita Ini Bermanfaat... J
Thanks For :
Thanks For :
1. Allah Swt.
2. Paskabara
3. Home is the best
4. MAN 8 JakTim
5. My Agen ( Angga Rahman & Nurdiansyah)
6. My Agen : Syafiq Fuadi M & Bahaudin Hasan Al-Bisri
7. Thanks For Inspiration..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar