“...Buah
Kejujuran...”
Karya
: Asli Punya Gue, “A.F.R”
Di sebuah perusahaan
ternama, Andika Rama Nugraha bertugas sebagai BENDAHARA. Seorang pemuda yang sangatlah
beruntung bisa bekerja ditempat tersebut. Anak yang terlahir dari keluarga yang
miskin, bisa membanggakan dan mengharumkan kedua orang tuanya.
~~~*Aliyah(SMA)*~~~
“Jadi kesimpulannya, jadi orang jujur itu gak rugi.
Remaja seperti kalian, jika mudanya sudah dipupuk dengan kejujuran, kalian gak
akan sesat. Jika perlu, kalian tulis dihati dan pikiran kalian “JU-JUR”. Baiklah,
cukup sudah pelajaran kali ini, semoga bermanfaat.” jelas Pendidik yang sedang
memberikan kesimpulan.
Semenjak
nasihat itu, aku sadar. Bahwa orang jujur itu akan sukses nantinya. Dan aku
mengubah motto hidupku “Jujur adalah Kunci Kesuksesan”. Senang rasanya,
mempunyai keluarga yang membuat hidupku tenang. Yang membuat diriku menjadi
orang yang berguna bagi masyarakat kelak.
Di
rumah banyak yang aku dapatkan. Bukan hanya sekedar makan dan hidup, tetapi
ilmu-ilmu bermanfaat yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Mereka bukanlah
orang-orang pintar, yang dapat melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih
tinggi.Ya.. mereka berdua tamatan SMA.
Orang-orang tempo dulu,
lebih mengerti tentang akhlaq. Walaupun, mereka sekolah hanya sekedar bisa
membaca dan menulis. Mereka tak paham dengan teknologi. Sebab, dulu gak ada
yang namanya HP canggih seperti sekarang. Mereka hanya tau mengaji, mengaji,
dan mengaji. Hal itu yang sering mereka lakukan setiap maghrib berlangsung. Itu
yang membuat karakter meraka tidak seperti orang-orang pintar yang duduk
dibangku emasnya saat ini. Yang hanya bisa menikmati upeti dari rakyat kecil,
yang mengakibatkan perut mereka membengkak seperti balon di udara,
bahkan lebih.
Selain dirumah,
karakterku juga dilatih disekolah. Yaa... sangat disayangkan jika anak bangsa
tidak bisa mencicipi bangku sekolahan. Semestinya, mereka semua bisa merasakan
pahit-manisnya bangku sekolah. Kehidupan yang amatlah keras yang membuat mereka
meninggalkan sekolah mereka demi recehan uang.
Angin mulai melarikan
diri kesana kemari, yang membuat suasana menjadi sejuk. Fikiranku sangatlah
dibuat fresh oleh-Nya. Jam dinding di sebelah kananku, sudah menunjukan angka
17:30. Aku ditemani oleh teman setiaku, yang hanya bisa berbicara melalui
layarnya. Yang bisa ku lakukan hanyalah menunpahkan cat-cat hitam di dalam
laptopku. Dibantu oleh fikiranku yang mempunyain banyak inspirasi.
Kringgg !! kringgg!! Kringgg!!
Suara
itu pertanda, untuk saatnya pulang ke tempatku berlindung. Disetiap putaran ban
motorku, tak ada hentinya diriku selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Itu yang
selalu diajarkan oleh orang tuaku. Entah mengapa selalu terbayang olehku,
tentang perkatan ayahku.
“Rama... kita ini manusia yang gak punya apa-apa.
Yang kaya hanyalah Allah, harta kita semua hanyalah titipan darinya. Syukuri
apa yang kita dapatkan disini. Jangan seperti petinggi-petinggi negara, yang
tidak mensyukuri nikmat Allah. Upah sudah besar, masih saja melakukan hal yang
tidak jujur, mempreteli harta rakyat kecil. Inget Rama, kamu ini anak yang
mengerti agama, jangan sampai kamu terlibat seperti orang-orang yang tidak
jujur diatas sana...” perkataan Ayah.
Jujur,
jujur dan jujurlah yang selalu dibahas pada bulan-bulan ini. Ya, aku paham.
Orang jujur di zaman ini, sangatlah langka. Seperti mencari jarum ditumpukan
jerami. Bukan hanya ayahku yang selalu membahas tentang kejujuran, dan juga
bukan hanya pelajaran Akidah Akhlaq yang membahas tentang kejujuran disekolah.
Tapi hampir semua.
~~~**~~~
“Jadi anak Ips ini, harus kuat iman dan taqwa kepada
Allah. Dan kejujuran kitalah yang sangat dibutuhkan. Jikalau kita bekerja di
perpajakan dan kita tidak memiliki sifat jujur, apa yang akan terjadi???
KORUPSI merajalela. Uang sedikitpun, dan itu hasil dari korupsi, jangan harap
Allah akan senang padamu. Tapi jika, uang sedikitpun dengan cara yang halal,
maka Allah akan senang padamu. Allah sayang kepada orang-orang yang jujur...
Paham kalian..?” jelas guru Ekonomi.
“Paham bu...” jawab semua peserta didik.
~~~*4
tahun kemudian*~~~
Waktupun
berlalu, aku bersama dengan impianku melewati dunia luar yang amat menyaramkan
bagi orang-orang yang lemah akan iman. Kita semua bersaing untuk mendapatkan
sesuap nasi. Orang tuaku selalu mendoakanku yang terbaik bagi anak-anaknya.
Sekian kalinya aku melamar pekerjaan, sudah 9 kali ditolak. Dan pada akhirnya,
ada juga perusahaan yang mau menerima aku sebagai karyawannya.
Aku
bekerja sebagai OB disana. Ku jalani itu semua dengan ikhlas. Setiap paginya,
menyiapkan makan dan minum bagi karyawan-karyawan disana. Membersihkan sesuatu
yang harus ku bersihkan disana. Pagi yang cerah selalu memperlihatkan senyum
yang indah antar sesama.
“Pagi Ndi...” kata salah satu karyawati yang
menyapaku.
“Pagi mbak...” balasku.
“Oh iya, nanti siang aku nitip mie ayam yaa, di
dekat pasar. Yang pedes...” lanjutnya.
“Baik mbak...” balasku.
Seperti
robot yang selalu diperintah. Namun aku tak akan mengeluh, ini semua ku lakukan
untuk mendapatkan hidup yang layak. Semua berawal dari bawah. Saat itu, aku
melihat dompet yang terjatuh di lantai kamar mandi. Dan ku lihat KTP nya,
ternyata itu punya Pak Iman, bos kami.
“Dompet siapa nih...” kataku berbicara sendiri.
Ku lihat kanan dan kiri, dan tiada orang satupun
disana. Ketika ku buka...
“Wah.. ini punya bos. Gawat nih, kalo sampe ada
orang laen yang nemuin...” kataku.
Segera aku berjalan
menuju ruangan bos dan menemuinya.
Tok tok tok !
“Silahkan masuk....” kata Bos yang berada didalam.
“Permisi pak...” kataku.
“Ya, silahkan duduk...” lanjut Bos.
“Begini pak, tadi saat saya sedang membersihkan
kamar mandi, saya menemukan dompet bapak disana... ini pak...” jelasku sambil
memberikan dompet Bos.
"Hah, dompet???(sambil memeriksa sakunya)
astagfirullah..... iya, itu punya saya. Makasi Di, untungnya kamu yang nemuin.
Kalo orang lain, bisa di ambil. Kamu memang sangat jujur..” kata Bos.
“Iya pak, sama-sama. Kalo gitu, saya permisi dulu ya
pak...” kataku.
“Eh tunggu...!” panggil Bos.
“Ini buat kamu, karena sudah menemukan dan
mengembalikan dompet saya...” lanjut Bos sambil memberi uang 200 ribu.
“Gak usah pak. Saya ikhlas...” balasku.
“Sayapun ikhlas memberimu, ambil..” lanjutnya
memaksa.
“Kalo gitu, makasih ya pak...” balasku.
“Iya, sama-sama...” lanjut Bos.
Ini
sebabnya orang tuaku mendidik kejujuran sejak kecil. Jika aku tak
mendapatkannya, aku yang akan sengsara. Lebih baik tidak mendapat apapun,
ketimbang mendapatkan yang lebih, jika itu bukan hak milik kita.
~~~*5
tahun kemudian*~~~
Sudah
cukup lama aku bekerja ditempat ini. Sampai pada akhirnya aku mempunyai seorang
istri. Aku masih dipertahankan ditempat ini, hanya karena kejadian 5 tahun
lalu. Sungguh beruntung jika menjadi orang jujur. Aku mendapatkan istri yang
baik untuk mendampingi hidupku. Bukan hanya baik, namun juga cantik. Dia
menerima hidupku yang apa adanya seperti ini.
Kala
itu, ada sesuatu yang mengejutkan untuk kami semua ditempat kerja. Bendahara
perusahaan telah meninggal akibat kecelakaan. Kita semua kehilangan bendahara
yang sangat jujur itu. Ada kala sedih saat itu, namun ada sesuatu yang aneh
juga menurutku. Setelah kita semua kehilangan Pak Yusuf(Bendahara), Pak Iman
bos kami, mengumumkan sesuatu kepada kami semua. Dan itu yang membuat diriku
kaget.
“Kita turut berduka untuk saudara kita Yusuf. Beliau
adalah orang yang sangat jujur selama dia bekerja di sini, saya salut padanya.
Namun, kita harus segera mencarikan penggantinya. Saya akan pilih salah seorang
dari kalian, yang menurut saya paling baik... “Andi” kamu yang akan
menggantikan Yusuf...” jelas Pak Iman.
“Andi.. sini..” panggil Pak Iman.
“Saya memilih Andi, karena saya fikir dia orang yang
sangat jujur. Jika bukan karenannya, dompet saya tidak akan kembali ke saya
lima tahun yang lalu. Kamu akan dibantu oleh Susi...” lanjutnya.
“Saya pak...?” tanyaku.
“Iya, kamu. Tenang saja, kamu akan dibantu oleh
Susi..” jawabnya.
Aku : Mengangguk..
~~~*Dapur
Kantor*~~~
“Eh ada Pak Andi...” ledek salah satu temanku (OB).
“Yee.. apaan sii, biasa aja kali.. gak usah pake
“Pak” segala. Kita semua sama, gak ada yang beda..” jelasku.
“Iyaa deh... ehh beruntung banget lo, bisa diangkat
jadi bendahara begitu. Emang kejadian 5 tahun lalu kayak gimana sih..?”
tanyanya.
“Udahlah, gak perlu diceritain. Gak enak, nanti
malah jadi Dosa. Yaudah, ane pulang dulu yee, assalamu’alaikum..” kataku sambil
meninggalkan dapur.
“Wa’alaikum salam..” balasnya.
~~~**~~~
Pulang
kerumah dengan sangat senang. Aku memberitahukan ke Istri dan orang tuaku. Dan
mereka sangatlah senang mendengarnya. Inilah buah kejujuran. Dan bisa
dipercaya oleh banyak orang. Berkat kejujuran inilah, aku bisa mengangkat
derajat kedua orang tuaku.
Dan
pada akhirnya, aku bekerja disana sampai 15 tahun. Cukup lama sekali aku
bekerja dan mengabdi disana.......
(Fiksi Semata hanya untuk Pembangunan Karakter yang
Lebih Baik)
Thank's For :
1. Allah Swt.
2. Paskabara
3. My Family
4. SFH
5. My Best Friend's
6 My Agen ( Angga R & Nurdiansyah)
7. My Agen ( Syafiq F M & Bahaudin H Al-Bisri)
8. MAN 8 Jak-Tim
9. Thank's For All...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar