Minggu, 17 Agustus 2014

Lo Liat Aja Sendiri part Cerpen 7

Seragam Pemulung
Karya: Asli Punya Gue, “Fahmy Ramadhan”

Ini cerita yang gue liat dipinggiran kota,  anak-anak pemulung yang ingin sekolah, dan bercita-cita yang tinggi. Gue tau, mereka hanyalah seorang anak pemulung, tapi apakah mereka gak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak??? Ayolah pemerintah, lindungi orang-orang seperti mereka, jangan hanya duduk dibangku emasmu...
~~~**~~~
Didit adalah anak yang rajin. Bangun subuh untuk sholat, perginya gelap pulang pun sama. Dia hidup dengan kakaknya Rani. Rumah yang sering berpindah-pindah, gerobak adalah tempat dia dan kakaknya berlindung. Namun semangatnya yang beitu hebat, membuat dia semakin yakin akan kesuksesan yang akan dia genggam. Seorang anak yang ingin sekali bersekolah, namun tidak memiliki biaya, makan pun hanya dengan nasi dan kecap, bahkan garam. Kakaknya merupakan satu-satunya orang tua baginya, yang sangat dia sayangi.
“Kak, aku dapat uang banyak nih...” katanya sambil memberi uang sepuluh ribuan.
“Wahh, alhamdulillah... kakak juga dapet uang lebih dek, lima belas ribu. Ini untuk persediaan makan kita untuk 7 hari...” jawab sang Kakak.
“Kak, aku laper... beli makanan yukk kak..” lanjutnya.
“Yaudah ayukk, tapi sama kecap aja yahh...” kata sang kakak.
“Yahh, kok sama kecap lagi kak....” lanjutnya.
“Kita kan harus hemat... hmmmm.. yaudah deh, tambah kerupuk aja yaa...” lanjut kakak.
Adik :  mengangguk sambil tersenyum.
            Belum sempat membeli makanan, 2 orang preman menghampirinya...
“Heyy... mau kemana kalian..?” tanya si Preman.
“Gakk.. gak mau kemana-mana kok bang....” jawab sang Kakak.
“Banyak duit lo neng... sini duitnya...!” katanya sambil merampas uang dari genggaman tangan kakak.
“Yahhh, jangan bang... itu buat beli makan, kita laper,, belum makan dari tadi pagi...” jawab sang Kakak.
“Enak aja... nih lo ambil...!” katanya sambil memberi uang dua ribu.
“Lo mulung disini tanpa ijin kita ! enak aja lo! ini wilayah kita!” kata preman yang satunya.
“Tapi kenapa banyak banget bang.. itu ada 25 ribu, kenapa saya dikasih cuma 2 ribu...” kata sang Kakak.
“Bawel lo!!! udah sono pergi!!” kata Preman.
Mereka akhirnya pergi dan tidak membeli makanan. Hanya tersisa uang 2 ribu rupiah di kantongnya.
“Kak... aku laperr....” kata Didit.
“Sabar yahh deek.. kita mulung lagi aja, biar bisa makan...” jawab sang kakak.
“Tapi aku udah gak kuat kak... laperr..” lanjut Didit.
“Yaudah, kamu tunggu disini.. biar kakak ajah yang mulung...” jawab sang kakak.
“Jangan lama-lama kak, aku udah gak kuat..” lanjut Didit.
~~~**~~~
Sang kakak akhirnya memulung barang bekas lagi untuk membeli makanan. Semua dia lakukan untuk adiknya. Karena dia hanya mendapatkan sedikit, tidak mungkin dijual akan laku, sang kakak mencari-cari makanan di tong sampah dekat ketring. Akhirnya dapat makanan sisa yang terdapat di tong sampah tersebut lalu membawanya pulang.

“Assalamu’alaikum...” salam sang kakak.
“Wa’alaikum salam... kak, mana makanannya? Aku udah laper banget..” tanya Didit.
“Nih... makanannya enak lohhh, pake ayam...” kata sang kakak sambil memberi bungkusan nasi yang diambilnya di tong sampah tadi.
“Wah... ayam??? Horeeeee!!! Kita makan ayam..!” kata Didit dengan sangat senang.
“Yaudah yuk, kita makan...” lanjut sang kakak.
            “Jika saja kamu tau, kalo makanan itu dari tong sampah, kamu pasti gak mau makan dek..” gumam sang kakak dalam hati. Sungguh begitu senangnya si Didit, ini pertama kalinya dia makan ayam. Sangatlah bersyukur anak itu. Kita??? Apakah kita sering mensyukuri makanan yang ada??? Saya rasa tidak. Dikasih tempe dan tahu aja udah ngomel. Apalagi dikasih makanan yang bersumber dari tempat yang kotor??? Fikirkanlah.
~~~**~~~
“Kak, aku pengen banget sekolah... kayak anak-anak lain...” kata sang adik.
“Sabar yah... kalo kakak punya duit yang banyak, pasti kamu sekolah. Berdoa aja sama Allah..” jawab sang kakak.
“Iya kak. Sebenernya ayah sama ibu kemana sih kak..?” tanya sang adik.
“Ada kok...” jawab sang kakak.
“Dimana kak...? aku pengen ketemu mereka. Aku pengen seperti ank-anak yang lain, yang punya orang tua..” lanjut si adik.
            Sang kakak bingun dan hanya bisa terdiam. Didalam hatinya hanya bisa bersedih. Jika adiknya tau, kalau ayah dan ibunya itu meninggalkan mereka dan menitipkan mereka pada panti asuhan yang sangat tidak nyaman. Yang membuat sang kakak membawa adiknya pergi meninggalkan panti asuhan.
“Yaudah, kita tidur aja yuk. Besok kan kita mau mulung lagi...” jawab sang kakak setelah melamun sesaat.
“Iya deh...” lanjut sang adik.
            Sang adik pun terlelap. Namun tidak bagi sang kakak. Selalu terbayangkan dengan perkataan adiknya tadi. Bagaimana caranya agar dia menyekolahkan adiknya. Sedangkan adiknya sangatlah ingin bersekolah.
            Pagi hari yang cerah dengan kicauan-kicauan burung di udara, juga udara kota yang mulai memancarkan asap- asap tebal yang merupakan ampas kendaraan. Dengan semangat untuk beribadah kepada-Nya, lalu pergi untuk mencari sesuap nasi.
            Kala itu Didit mengais rizkinya di suatu tempat yang di impi-impikannya. Sebuah sekolah yang sangatlah bagus, dengan gedung bertingkat 3 dan nama yang bagus. Ia pun memasukinya, dan melirik matanya di balik jendela berkaca bening, melihat orang-orang yang sangatlah beruntung, yang dapat menuntut ilmu didalamnya. Belum sempat melihat 5 menit, ada salah satu orang yang menghampirinya.
“Hey! Sedang apa kamu disitu...! pergi sana ! dasar gelandangan...!” kata salah satu orang yang berpakaian rapih.
“Maaf bu, saya hanya melihat-lihat...” jawab Didit.
“Heh,,! Lantai ini saja gak pantes untuk kamu injak! Gak sesuai sama Kasta kamu! Pergi sana...!!!” lanjutnya dengan sangat marah.
            Tanpa berkata lagi, Didit langsung pergi meninggalkan sekolah itu. Sungguh miris hatinya, mendengar bentakan seperti itu. Memang anak itu miskin, tapi apa pantas jika bibir kita ini mengatakan hal itu padanya???. Pulang memulung, ia langsung memeluk kakaknya dan hanya bisa menangis.
“Kak.....” menangis dan memeluk kakaknya.
“Hey,, kamu kenapa..?” tanya sang kakak.
“Hemmm hemmm hemmm....” tangis sang adik.
“Kamu kenapa? siapa yang bikin kamu nangis begini...?” lanjut sang kakak.
“Aku udah gak niat untuk sekolah...” jawab sang adik setelah menghapus air matanya.
“Loh, kenapa...? bukannya kamu pengen banget sekolah..?” lanjut sang kakak.
“Cuma orang kaya aja yang boleh sekolah kak... aku engga. Kita cuma orang miskin, lantai sekolah itu aja gak pantes buat aku injek..” jawab sang adik.
“Loh, kok kamu ngomongnya gitu...?” tanya sang kakak.
“Bukan aku yang ngomong, tapi ibu guru yang disana...” jawab sang adik.
“Sudah-sudah.... jangan dengar kata mereka. Kakak sanggup untuk menyekolahkan kamu, tapi yang sabar.” kata sang kakak.
“Gak perlu kak, kita seperti ini aja...” lanjut sang adik.
“Kamu ini... gitu aja langsung nyerah. Nihhh untuk kamu, dicoba deh...” kata sang kakak sambil memberika seragam sekolah bekas yang dibeli dipasar untuk adiknya tercinta.
“Baju sekolah.... aku sekolah kak???” kata sang adik dengan kaget.
“Iyah, kamu pasti bakalan sekolah. Tapi sabar yah... kakak baru bisa beliin baju itu aja buat kamu. Nanti setelah uang kakak cukup, kakak akan bayarin kamu untuk daftar sekolah... semoga dengan adanya baju ini, agar kamu lebih semangat untuk sekolah....” jawab sang kakak.
“Makasih kak.. aku akan sabar untuk menunggu, dan sabar untuk nyari uang buat sekolah...” kata sang adik.
“Nahhh, gitu dong... kakak sayang kamu...” sambil memeluk adiknya.
~~~**~~~
            Ya... begitulah kehidupan diluar sana. Orang yang tak mampu, hanya bisa seperti itu. Bersyukurlah bagi yang mampu. Dan jikalau bisa, yang mampu itu bisa menarik yang tak mampu, untuk memberikan hidup yang layak untuk orang-orang diluar sana. Lihatlah dunia luar, jangan hanya melihat dan menjaga harta mu saja. Mereka hanyalah kertas biasa, yang harus kita manfaatkan, untuk sesuatu yang menolong kita di suatu saat nanti....


(Sesuatu karangan, untuk hidup yang lebih baik)

Thank's For :
1. Allah Swt.
2. Paskabara 
3. My Family
4. SFH
5. My Best Friend's
6 My Agen ( Angga R & Nurdiansyah)
7. My Agen ( Syafiq F M & Bahaudin H Al-Bisri)
8. MAN 8 Jak-Tim
9. Thank's For All...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar